“Tak mengapa jika
sesuatu itu susah bagimu pada awalnya. Karena ketika kamu sudah terbiasa dengan
hal itu dan terus mencoba maka akan timbul kepuasan tersendiri dalam hidupmu”
Kata-kata itu merupakan kata-kata
penyemangat ku setahun yang lalu sebelum menghadapi SBMPTN. Kata-kata yang
terus membayang ketika rasa lelah dan bosan menghampiriku ketika aku sedang
berjuang menjadi pejuang SBMPTN. Bagaimana tidak? Pengumuman hasil snmptn yang
kutunggu-tunggu justru membuat dunia ku hancur dalam hitungan detik. Harapan
untuk masuk kampus impian dan membuat bangga kedua orang tuaku sirna seketika
ketika kulihat hasil SNMPTN yang menyatakan bahwa aku tidak lolos dalam seleksi
tanpa jalur tes itu. Bertumpuk- tumpuk sertifikat yang ku jadikan tumpuan agar
memperbesar peluangku dapat lolos menjadi pengguna alamamater kampus tersebut
tak ada gunanya lagi. Ranking sekolah yang menunjukkan aku dalam posisi sangat
aman agar dapat lolos menjalani kehidupan mahasiswa di kampus tersebut hanyalah
sebuah data manis belaka. Kabar burung mengenai nilai yang harus terus naik-pun
telah ku miliki. Namun, Tuhan dan kampus yang kutuju berkata lain.
Kesalahanku adalah menganggap
bahwa pesaingku hanyalah berasal dari sekolahku. Kesalahanku yang lain adalah
menganggap seluruh pesaing ku dalam SNMPTN sama dan bahkan lebih rendah dariku.
Nilai dan sertifikat juara yang bertumpuk tidak ada artinya dibanding mereka
yang ada di luar sana. Karena kebenaran yang ada di luar sana hanya mereka dan
Tuhan yang tahu. Perlahan ku coba untuk merubah rasa sakit hati ku menjadi
semangat yang membara untuk membalas kekalahanku dalam pertarungan SNMPTN.
Tanpa les melalui LBB-LBB aku berusaha mewujudkan impianku yaitu
mempersembahkan almamater impian untuk kedua orang tuaku.
Aku sama seperti beberapa dari kalian
yang pada awalnya bingung harus memulai darimana untuk belajar. Aku tidak tau
apakah aku harus membaca ulang dari awal materi yang telah ku dapat dari SMA
atau hanya perlu dibaca sekilas. Karena setelah ku lihat beberapa soal SBMPTN
tahun lalu hampir semua soal memerlukan adanya dasar pemahaman. Akhirnya ku
putuskan untuk membuka buku catatanku (fyi buku catatan itu lebih mudah
dipahami daripada rumus cepat dan buku paket). Ku coba membuka buku catatan
pelajaran yang paling aku sukai, matematika. Lalu ku putuskan untuk memahami
tiap tulisan yang kucoretkan di sana. Bosan mempelajarinya ku coba membuka
catatanku yang lain, kimia -Jujur saja terdapat perbedaan yang sangat
signifikan ketika aku harus belajar kimia dan matematika-. Dua pelajaran yang
ku sebutkan di awal untuk ku pelajari adalah dua pelajaran yang paling aku
sukai. Selebihnya untuk materi SBMPTN yang lain perasaan suka ku tak sebesar
perasaan suka pada pelajaran matematika dan kimia.
Layaknya perasaan cinta yang menggebu-gebu
ada saatnya timbul kebosanan dari dalam diri. Setelah beberapa hari bahkan
minggu terlepas dari keadaan memegang HP, ku biarkan diriku untuk tenggelam
sejenak membaca history chat dari teman-temanku dan kata-kata galau dari OA-OA
yang ada di timeline ku. Hari berlalu tak ku sadari bahwa diriku kini telah
berada dalam posisi tenggelam yang sangat dalam akibat membuang waktu ku untuk
mempersiapkan diriku menjadi pejuang SBMPTN. Namun, diriku tersadar ketika
terdapat satu kata yang tidak sengaja ku baca “Tak mengapa jika sesuatu itu
susah bagimu pada awalnya. Karena ketika kamu sudah terbiasa dengan hal itu dan
terus mencoba maka akan timbul kepuasan tersendiri dalam hidupmu”. Tekad dan
jiwa ku berkata, aku ingin menjadi orang itu, aku ingin mengalami momentum itu,
momentum di saat ada kepuasan tersendiri ketika aku telah berhasil merasakan
rasa santai dan nyaman ketika belajar. Sekejap bayangan untuk mempersembahkan
almamater impian untuk orang tuaku muncul kembali. Kenangan yang tidak ku
sadari juga ikut tenggelam akibat kesalahanku yang tidak menggunakan waktu
dengan sebaik-baiknya kini kembali menjadi pemacu diriku untuk membuka kembali
materi-materi dan latihan-latihan soal yang telah ku download dari internet dan
try out dari teman-temanku yang mengikuti LBB.
Akibat kata-kata itu dan kuasa
Tuhanku aku berhasil menggali kembali rasa penasaranku pada materi-materi
pelajaran. Aku berhasil muncul ke permukaan setelah ku tenggelam terlalu dalam.
Rasa bangkitku ini ku wujudkan berat hati dengan menghapus semua akun social
media yang ku miliki. Karena menurutku
satu-satunya penghambat diriku untuk fokus belajar adalah hal ini. Berat memang
awalnya, namun kata-kata motivasi yang ku temukan telah membulatkan tekadku
untuk menghapus akun socmed ku. (fyi kalau mau fokus belajar, hilangkan semua
penghambat dirimu untuk memulai belajar). Bersambung…….
-Ailin Muvidah-
mahasiswa
Manajemen Bisnis ITS 2016
Manajemen Bisnis ITS 2016